MotoGP 2021, Ketika Yamaha Sudah 'Tersesat' Setelah Pergantian ECU Standar MotoGP, Rossi Soroti Internal Yamaha

Senin 01-11-2021,14:52 WIB
Reporter : Abdullah
Editor : Abdullah


Nggak kebayang, betapa pusingnya Valentino Rossi yang puasa gelar hampir sebelas tahun.|MotoGP.com|

MOTOREXPERTZ.COM - Sekaliber tim Yamaha MotoGP, enam musim tanpa gelar bukanlah waktu sebentar bagi pabrikan asal Iwata, Jepang tersebut.

Bukan tanpa sebab, Yamaha bisa dibilang sudah salah mengambil langkah setelah perubahan regulasi baru pada awal musim 2016.

Di musim sebelumnya, 2015, Yamaha punya skuad mewah dengan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo, dengan nama kedua sukses meraih juara dunia ketiganya.

Sementara itu, Rossi yang tak kalah kuatnya, nyaris meraih gelar kesepuluh andai saja tak terlibat drama kontoversial dengan Marc Marquez.

BACA JUGA:Menguak Calon Moped Terbaru Honda, Komparasi Tampilan Honda Supra GTR 150 Vs Honda Winner X 150, Mana Lebih Keren?

Akhirnya Rossi harus puasa gelar kembali sejak 2010 hingga ia memutuskan pensiun akhir musim ini.

Di musim 2015 gelar triple crown disabet semua oleh Yamaha, mulai dari pembalap, tim dan konstruktor.

Namun, bencana besar melanda Yamaha di awal musim 2016 dengan Dorna Sport menentapkan regulasi terkait penggunaan ECU standar dari Magneti Marelli.

Hal ini ternyata nggak mudah bagi Yamaha untuk bersaing secara kompetitif dengan Honda dan Ducati.

BACA JUGA:Yamaha Patut Ketar-Ketir, Honda Supra GTR 150 Berevolusi, Begini Tampilannya?

+++++


Nggak kebayang, betapa pusingnya Valentino Rossi yang puasa gelar hampir sebelas tahun.|MotoGP.com|

Bayangkan saja, sejak 2016 hingga 2020, Honda dan Ducati (terakhir Suzuki memutus dominasi Honda dan Ducati) bersaing kuat, selangkah lebih di depan dari Yamaha.

Sementara itu, Yamaha dengan sikap arogansinya memutuskan untuk mengembangkan ECU standar tersebut tanpa staff khusus dari Magneti Marelli.

"Motor kami fantasis selama kami menggunakan elektronik sendiri [Yamaha]," ujar Rossi dikutip dari Crash.net.

Dibanding Yamaha, Honda dan Ducati membuka diri agar bisa didampingi oleh staff khusus untuk elektronik dari produsen Italia tersebut.

BACA JUGA:Quartararo Kunci Gelar Juara Dunia di Misano, Bos Yamaha Girang Banget: Gak Nyangka Fabio Harus Juara Lebih Cepat

Rossi mengakui masalah ini. Ia menyebut jika situasi internal Yamaha benar-benar dibuat rumit oleh ECU standar.

Wajar, sebelum regulasi ECU standar berlaku, pabrikan Jepang Honda dan Yamaha bersaing kuat di barisan depan dengan ECU buatan sendiri.

Dilalah, sejak beralih dengan ECU standar, performa mesin Yamaha M1 berada di kurva stagnan, top speed mereka lemah dan ketika balapan basah semakin runyaman bagi Yamaha.

BACA JUGA:Motor Sport Honda Terbaru: PT AHM Rilis CRF150L dengan Warna Lebih Berani, Harganya Jadi Segini?

+++++


Nggak kebayang, betapa pusingnya Valentino Rossi yang puasa gelar hampir sebelas tahun.|MotoGP.com|

Rossi yang sudah khatam dengan M1, merasakan hal ini sejak enam musim terakhir.

Apalagi, dua musim terakhir ini sang legenda seperti terjun bebas, start selalu mendapat posisi belakang dan tak kompetitif saat balapan.

Rossi mungkin jenuh selalu jadi penonton hingga akhirnya memutuskan pensiun di umur 42 tahun.

Menurutnya, Yamaha sama sekali tak mau memasukkan kru lain terkait sistem elektronik yang baru ini, sehingga semua kalibrasi ECU ditangani para insinyur Jepang.

BACA JUGA:Wuih Gokil, Helm Terakhir Rossi di Misano Harganya Mencapai Miliaran, Rossifumi Ini Jelas Beruntung Banget

"M1 itu proyek yang sangat mengandalkan orang dalam. Semua insinyur berasal dari Jepang.

"Menurut saya, kami selalu punya banyak masalah ketika menggunakan Magneti-Marelli [ECU Standar], padahal kami sudah maksimal.

"Maka motor harus membuat langkah besar ketika kami mengubah ini," terang Rossi.

Alhasil, Yamaha harus mengubah diri dan keluar dari zona nyaman mereka, meskipun dengan orang-orang yang sama, kata Rossi.

BACA JUGA:Kocak! Rossifumi Ini Beruntung Banget Dapet Helm Perpisahan Rossi, Habis Itu Langsung Ngacir Kabur

+++++


Nggak kebayang, betapa pusingnya Valentino Rossi yang puasa gelar hampir sebelas tahun.|MotoGP.com|

"Semua pabrikan lain melakukan pendekatan yang berbeda, kurang lebih seperti di Formula 1.

"Mereka membuka diri dengan mengambil banyak insinyur orang-orang Eropa [staff Magneti-Marelli) dari Italia," imbuh Rossi.

"Sayang, pada akhirnya, di Yamaha, orang-orangnya kurang lebih sama," lanjutnya.

Rossi menyebut, meski tak disebut gebrakan apa yang dilakukan Yamaha musim ini, ia keukeuh bahwa Yamaha akan terus kesulitan.

BACA JUGA:Bikers Pintar Bukan Cuma Bisa Enaknya Doang, Tapi Pahami Keselamatan Berkendara di Jalan Dong!

Hal ini terbukti, Yamaha tak bisa berkembang sebelum Maverick Vinales keluar secara terpaksa di pertengahan musim.

Dari empat rider Yamaha, hanya satu yang mampu 'menggendong' Yamaha di MotoGP yakni Fabio Quartararo.

Meski sangat konsisten di sejumlah trek kering, kelemahan Yamaha tak terobati ketika perubahan cuaca.

Contoh nyata ketika balapan flag to flag di Red Bull Ring, Austria edisi pertama. Yamaha bisa tampil kuat dengan kondisi genangan air.

BACA JUGA:Wuah, Harta Karun! Honda NSR, Yamaha Tiara, Hingga Yamaha RX-Z, Motor Lawas 2-Tak Berselimut Debu di Dalam Gudang

+++++


Nggak kebayang, betapa pusingnya Valentino Rossi yang puasa gelar hampir sebelas tahun.|MotoGP.com|

Meski pada akhirnya finish ketiga, kecepatan motor Quartararo jauh dibanding dengan Ducati yang saat itu kendarai Francesco Bagnaia.

Rider Italia tampil kuat setelah mengganti motor dengan ban basah, di mana pada lap akhir ia menyalip sembilan rider tanpa ban basah.

"Dari sudut pandang ini, sulit untuk diatur. Terutama ketika kami berada dalam perubahan situasi [kering/basah], kami kehilangan di sektor ini," beber Rossi yang saat itu salah satu rider tanpa ban basah di Austria.

Hal ini masih menjadi pekerjaan besar bagi Yamaha. Sebab, performa mereka musim ini hanya mengandalkan seorang Quartararo saja.

BACA JUGA:Jelang WorldSBK Indonesia 2021, Persiapan Sirkuit Mandalika Terus Dikebut, Ini Potret Pembangunannya

Musim ini Yamaha dikaruniai dengan lima kemenangan yang diraih Quartararo.

Rider Prancis ini mampu mengeluarkan potensi Yamaha di sejumlah sirkuit, seperti di Silverstone, Inggris.

Total dari 16 seri yang sudah dilalui, Quartararo berhasil meraih sembilan podium dengan lima kemenangan di antaranya.

Setelah berhasil mengunci gelar juara dunia di Misano, Italia lalu, Yamaha berpeluang meraih triple crown untuk gelar tim dan konstruktor.

BACA JUGA:Piaggio Indonesia Semakin Melebarkan Sayap, Diler Premium MotoPlex Piaggio & Vespa Sekarang Hadir di Semarang

Menariknya, kali ini Yamaha hanya mengandalkan seorang pembalap saja.

Kategori :